Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Thalasemia dan Transfusi

Thalasemia merupakan kelainan pada darah yang diturunkan karena tidak terbentuknya atau berkurangnya salah satu rantai globin baik itu alfa ataupun beta yang merupakan komponen dari hemoglobin. Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa hemoglobin adalah bagian darisel darah merah. Jika ada gangguan pada hemoglobin, maka sel darah merah dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik dan masa hidupnya juga lebih pendek.

Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen ke seluruh tubuh agar sel tubuh dapatmenjalankan fungsinya dengan baik, namun jika jumlah sel darah merah yang sehat tidak cukup, oksigen yang diangkut juga lebih sedikit. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya gejala merasa lelah, lemah, atau sesak napas, yang dikenal dengan istilah anemia. Pasien dengan thalasemia dapat mengalami anemia ringan atau berat. Anemia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ dan menyebabkan kematian. Untuk mengetahui derajat anemia, dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin.

Pengobatan utama dari thalasemia adalah transfusi. Secara klinis, thalasemia dibagi menjadi 3, yaitu thalasemia mayor di mana pasien memerlukan transfusi darah secara rutin dan adekuat seumur hidupnya, thalasemia intermedia di mana pasien membutuhkan transfusi tetapi tidak secara rutin, dan thalasemia minor di mana pasien hanya membawa sifat thalasemia, tidak ada gejala, dan terlihat seperti orang normal.

Transfusi darah mulai diberikan pada pasien thalasemia bila pemeriksaan laboratorium membuktikan bahwa pasien menderita thalasemia mayor, atau kadar hemogobin kurang dari 7 g/dL setelah 2 kali pemeriksaan dengan selang waktu lebih dari 2 minggu tanpa adanya tanda infeksi, atau kadar hemoglobin lebih dari 7 g/dL dan dijumpai gagal tumbuh dan/atau deformitas (kelainan tulang). Transfusi umumnya diberikan dengan interval setiap 3-4 minggu.

Jumlah darah yang diberikan pada pasien tergantung pada kadar hemoglobin pasien. Target kadar hemoglobin setelah diberikan transfusi tidak melebihi 14-15 g/dL(12-13 g/dL) sedangkan kadar hemoglobin sebelum transfusi berikutnya diharapkan tidak kurang dari 9,5g/dL. Kadar hemoglobin sebelum transfusi antara 9-10 g/dL dapat mencegah terjadinya pembentukan sel darah baru di luar sumsum tulang, mengurangi kebutuhan darah yang berlebih, dan mengurangi penyerapan besi dari saluran cerna.Transfusi darah secara rutin dapat membantu mencegah komplikasi dari thalasemia seperti tulang yang rapuh, pembesaran organ limpa, perlambatan pertumbuhan, dan gangguan jantung.

Walaupun transfusi merupakan pengobatan utama pasien thalasemia, transfusi memiliki dampak yang tidak diinginkan. Salah satu efek samping dari transfusi adalah kelebihan zat besi mengingat satu kantung darah 250 mL mengandung sekitar 200 mg besi sedangkan besiyang keluar dari tubuh hanya 1-3 mg/hari. Kelebihan besi ini akan ditimbun di semua organ,terutama hati, jantung, dan kelenjar pembentuk hormon. Penumpukan besi pada organ tubuh mengakibatkan gangguan dalam fungsi organnya seperti penyakit pada hati, kegagalan jantung, kencing manis, dan sebagainya tergantung organ mana yang terkena.

Oleh karena itu, pasien thalasemia yang tergantung dengan transfusi diberikan pengobatan kelasi besi dengan tujuan mengeluarkan kelebihan besi akibat anemia kronik dan transfusi yang diberikan. Pemberian obat kelasi besi dapat mencegah komplikasi kelebihan besi dan menurunkan angka kematian pada pasien thalasemia. Obat kelasi besi mulai diberikan setelah timbunan besi dalam tubuh pasien bermakna yang diukur dari kadar ferritin dalam darah mencapai 1000 ng/mL atau kejenuhan transferin (protein pengangkut besi) ≥ 70% atau transfusi sudah diberikan sebanyak 10-20 kali atau sekitar 3-5 liter.

Obat kelasi besi yang tersedia di Indonesia ada 3 jenis yaitu deferoxamine, deferiprone,dan deferasirox. Deferoxamine merupakan obat kelasi besi yang diberikan secara injeksi sedangkan deferiprone dan deferasirox diberikan secara oral. Dalam pemilihan obat kelasibesi, ada faktor-faktor yang menjadi pertimbangan oleh dokternya seperti biaya versus manfaat, kelebihan dan kekurangan obat kelasi besi, kondisi pasien saat itu, serta kesepakatan dan kenyamanan pasien. Pengobatan kelasi besi memerlukan komitmen yang tinggi dan kepatuhan yang baik dari pasien dan keluarganya.

Thalasemia merupakan kelainan pada darahyang diturunkan karena tidak terbentuknya atauber kurangnya salah satu rantai globin baik itu alfa ataupun beta yang merupakan komponendari hemoglobin. Salah satu gejala pasien thalasemia adalah anemia sehingga pengobatan utamanya adalah transfusi. Namun,transfusi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, salah satunya adalah kelebihan besi. Untuk mengatasi kelebihan besi pada pasien thalasemia, diberikan obat kelasi besi.

 

Referensi:
1.Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana thalasemia. KementerianKesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2018 [cited 2020 July 2]. Available from:https://legawa.net/2018/04/08/pedoman-nasional-pelayanan-kedokteran-tata-laksana-thalasemia/

 

2.Treating thalassemia: transfusion. UCSF [Internet]. 2003-2012 [cited 2020July 2].Available from:https://thalassemia.com/treatment-transfusion.aspx#gsc.tab=0

 

3.Blood transfusions for beta thalassemia. WebMD [Internet]. 2019 Nov 18 [cited 2020July 2]. Available from:https://www.webmd.com/a-to-z-guides/beta-thalassemia-blood-transfusions#1

 

4.Chapter 2 Blood transfusion therapy in β-thalassaemia major. Guidelines for theclinical management of thalassaemia [Internet]. 2008 [cited 2020 July 2]. Availablefrom:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK173967/

 

5.What is thalassemia. CDC [Internet]. 2020 Apr 15 [cited 2020 July 2]. Available from:https://www.cdc.gov/ncbddd/thalassemia/facts.html

Ayo Kenalan Dengan Thalasemia

Tidak semua orang mengetahui seperti apa thalasemia, di antaranya ada yang memang sudah tahu dan ada pula yang baru tahu mengenai thalasemia. Asal usul kata thalasemia adalah dari bahasa Yunani yaitu thalassa yang berarti laut dan haema yang berarti darah. Jika didefinisikan, maka thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan (dari orang tua ke anak melalui gen) yang disebabkan tubuh tidak membuat cukup protein yang disebut dengan hemoglobin. Hemoglobin merupakan bagian yang penting dari sel darah merah. Jikahemoglobin tidak cukup, sel darah merah dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik dan usianya menjadi lebih pendek (kurang dari 120 hari) sehingga jumlah sel darah merah yang sehat lebih sedikit yang beredar dalam pembuluh darah.

Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika sel darah merah yang sehat tidak mencukupi, maka tidak terdapat oksigen yang cukup untuk dihantarkan ke seluruh tubuh. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mengalami lelah atau sesak napas dan kondisi ini disebut sebagai anemia. Pasien dengan thalasemia dapat mengalami anemia baik ringan ataupun sedang. Anemia berat dapat mengakibatkan kerusakan organ dan menyebabkan kematian.

Thalasemia merupakan salah satu penyakit genetik yang sering dijumpai di seluruh dunia,setidaknya terdapat 60.000 orang terlahir dengan thalasemia setiap tahunnya. Thalasemia ditemukan di negara-negara yang termasuk dalam thalassemia belt (sabuk thalasemia) yaitu Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Timur Tengah, Afrika sub-sahara, dan Mediterania. Prevalensi penduduk dunia yang memiliki kelainan gen hemoglobin adalah sekitar 7-8% sehingga seharusnya di Indonesia terdapat sekitar 20 juta penduduk Indonesia yang membawa kelainan genini. Sampai 2016, terdapat 9.121 pasien thalasemia mayor diIndonesia, namun sebenarnya masih banyak yang belum terdeteksi dan mendapat pengobatan optimal. Data tahun 2019 menunjukkan adanya peningkatan menjadi 10.555 pasien thalasemia mayor di Indonesia.

Sebagaimana dengan penyakit lainnya, terdapat faktor-faktor yang meningkatkan risiko thalasemia yaitu riwayat keluarga dengan thalasemia karena thalasemia diturunkan dari orang tua dan keturunan tertentu yang mana keturunan yang sering dijumpai adalah keturunan Afrika Amerika, Mediterania, dan Asia Tenggara.

Berhadapan dengan thalasemia bukanlah hal yang mudah. Ada yang beranggapan bahwa thalasemia adalah penyakit menular padahal thalasemia adalah penyakit yang diturunkan.

Selain itu, ada pula kekhawatiran bahwa pasien thalasemia tidak dapat hidup normal. Walaupun thalasemia “belum dapat disembuhkan” hingga saat ini, pasien thalasemia dapat hidup normal tergantung pada tipe thalasemia yang dialami yang nantinya dikaitkan dengan anemia dan kebutuhan transfusi. Belum lagi masalah psikologis yang datang ketika berhadapan dengan banyak orang. Pada dasarnya, pasien thalasemia dapat hidup normal selama mendapat pengobatan yang optimal dan tentunya dukungan penuh baik moral dan material dari keluarga.

Dengan demikian, telah kita ketahui bahwa thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan karena tubuh tidak dapat membuat hemoglobin yang cukup sehingga menimbulkan gejala anemia mulai dari ringan sampai berat. Indonesia termasuk dalam lingkup sabuk thalasemia sehingga harus berhadapan pula dengan thalasemia.

 

Referensi:

1.What is thalassemia? CDC [Internet].2019 Apr 23 [cited 2020 March 4]. Availablefrom:https://www.cdc.gov/ncbddd/thalassemia/facts.html

2.Thalassemia. Mayo Clinic [Internet]. 2019 Nov 22 [cited 2020 March 4]. Availablefrom:https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/thalassemia/symptoms-causes/syc-20354995

3.Aulia. Penyakit thalassemia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet].2017 June 8 [cited 2020 March 4]. Available from:http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/thalassemia-faq

4.Higgs DR, Engel JD, Stamatoyannopoulos G. Thalassaemia. Lancet 2012;379:373-83

Pembagian dan Gejala Thalasemia

Thalasemia merupakan kelainan genetik yang diturunkan akibat adanya gangguan pada sel darah merah di mana rantai globin alfa atau beta yang membentuk hemoglobin utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang berperan menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Satu molekul hemoglobin terdiri dari heme danglobin. Pada keadaan normal, hemoglobin terdiri dari 2 rantai globin alfa dan 2 rantai globin non-alfa (berupa rantai beta) yang dibentuk dalam jumlah seimbang sehingga kemampuan membawa oksigen ke seluruh tubuh adalah maksimal.

Produksi rantai globin alfa diatur melalui kromosom (materi genetik) 16 dan rantai globin beta diatur melalui kromosom 11. Jika terjadi perubahan materi genetik (mutasi), ada ketidak seimbangan dalam produksi rantai globin dan inilah yang dialami oleh pasien thalasemia. Jika rantai globin alfa tidak dihasilkan dalam jumlah yang cukup, akan terjadi akumulasi rantai globin beta sehingga keadaan tersebut dikatakan thalasemia alfa. Sebaliknya, jika rantai globin beta tidak dihasilkan dalam jumlah yang cukup, akan terjadi akumulasi rantai globin alfa sehingga keadaan tersebut dikatakan thalasemia beta. Dengan demikian, berdasarkan kelainan genetik, maka thalasemia dibagi menjadi 2 yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta.

Kejadian mutasi pada kromosom 11 atau 16 mengakibatkan thalasemia ringan sampai dengan berat, yang juga dibagi menjadi thalasemia minor (disebut juga thalasemia trait), intermedia, dan mayor. Pada thalasemia minor, seseorang membawa sifat thalasemia tetapi produksi hemoglobin masih cukup sehingga mereka dapat dianggap orang sehat. Pada beberapa kasus, dijumpai anemia ringan yang sering disalah artikan dengan kekurangan besi.Walaupun terlihat normal, jika kedua orang tua membawa sifat thalasemia akan memiliki kemungkinan 50% anak dengan thalasemia minor, 25% anak sehat, dan 25%sisanya dengan thalasemia mayor. Pada thalasemia intermedia, terjadi anemia dengan beberapa derajat keparahan sehingga membutuhkan transfusi darah tetapi tidak rutin. Thalasemia mayor merupakan bentuk yang paling berat di mana membutuhkan transfusi darah secara rutin seumur hidup.

Semakin dini diagnosis thalasemia ditegakkan dan semakin cepat pasien mendapat penanganan yang optimal, maka harapan dan kualitas hidup pasien akan semakin baik. Oleh karena itu, penting sekali terutama bagi orang tua untuk waspada dengan tanda dan gejala klinis dari thalasemia mengingat thalasemia dapat ditemukan pada tahun pertama kehidupan. Tanda dan gejala yang dapat dijumpai yaitu:

  • Tampak pucat akibat penurunan kadar hemoglobin (Hb).
  • Terkadang terlihat kuning (ikterus) akibat pecahnya sel darah merah yang berat.
  • Teraba benjolan pada perut saat memandikan anak. Pembesaran ini biasanyadijumpai pada organ limpa akibat kompensasi anemia kronik di mana limpa bekerja keras membantu tulang untuk membentuk sel darah merah.

Jika orang tua mendapati adanya tanda dan gejala tersebut pada anaknya, segera periksakan ke dokter untuk mendapat pemeriksaan sel darah merah untuk melihat adanya gambaran mikrositik hipokromik (sel darah merah dengan hemoglobin kurang dan berukuran kecil serta pucat) dan elektroforesis hemoglobin untuk mengetahui jenis hemoglobin pasiendan jumlahnya. Pemeriksaan lainnya juga dapat dianjurkan oleh dokter seperti analisis DNA untuk mengonfirmasi mutasi pada gen yang menghasilkan globin alfa dan beta, dan pemeriksaan besi untuk menyingkirkan kemungkinan anemia defisiensi besi.

Thalasemia merupakan kelainan genetik yang diturunkan akibat adanya gangguan pada sel darah merah di mana rantai globin alfa atau beta yang membentuk hemoglobin utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali karena terjadi mutasi. Tanda dan gejala thalasemia harus dikenali secara dini agar mendapat pengobatan yang optimal sehingga kualitas hidupnya baik.

 

Referensi:

1.Angastiniotis M, Lobitz S. Thalassemias: An overview. Int J Neonatal Screen.2019;5:16.

2.Helmi N, Bashir M, Shireen A, Ahmed IM. Thalassemia review: Features, dentalconsiderations and management. Electronic Physician 2017;9(3):4003-8.

3.Muncie HL, Campbell JS. Alpha and beta thalassemia. Am Fam Physician2009;80(4):339-44,71.

4.Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana thalasemia.MenteriKesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2018 [cited 2020 March 13]. Available from:https://www.persi.or.id/images/regulasi/kepmenkes/kmk12018.pdf

5.Grentina. Mengenal thalasemia. IDAI [Internet]. 2016 Dec 5 [cited 2020 March 13].Available from:http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-thalasemia

6.Aulia. Penyakit thalassemia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Internet].2017 May 1 [cited 2020 March 13]. Available from:http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/penyakit-thalassemia

7.Thalassemia. Lab Tests Online [Internet]. 2019 Nov 12 [cited 2020 March 13].Available from:https://labtestsonline.org/conditions/thalassemia

Minum Obat Nyeri, Amankah untuk Pasien Gagal Ginjal?

Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, baik yang membutuhkan cuci darah rutin ataupun yang belum membutuhkannya, seringkali mengalami gangguan berupa rasa nyeri. Menurut sebuah penelitian, diperkirakan sebanyak 58% pasien gangguan fungsi ginjal mengalami gejala nyeri, dan sebanyak 49% nya mengalami gejala nyeri sedang sampai berat.

Untuk mengurangi nyeri, yang pertama terlintas di pikiran kita adalah minum obat untuk mengurangi nyeri, misalnya parasetamol, dan lain-lain. Tapi amankah minum obat nyeri bagi pasien-pasien dengan gangguan fungsi ginjal? 

Pertama, perlu kita ketahui bahwa ada berbagai macam obat nyeri dengan profil yang berbeda-beda. Kita akan bahas secara singkat mana obat nyeri yang sebaiknya dihindari oleh pasien gangguan fungsi ginjal dan mana yang relatif aman.

Obat nyeri yang sebaiknya dihindari oleh pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah: Obat golongan NSAID. Obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drug) contohnya antara lain: ibuprofen, ketoprofen, meloxicam, piroxicam, dan diclofenac. Mengapa obat golongan NSAID sebaiknya dihindari oleh pasien gangguan fungsi ginjal? Karena obat golongan ini berpotensi menimbulkan efek samping nyeri dan perdarahan lambung. Pada pasien gangguan fungsi ginjal, mekanisme pertahanan lambung tidak sebaik pada individu sehat, maka risiko pasien gangguan fungsi ginjal untuk mengalami efek samping nyeri dan perdarahan lambung akibat penggunaan obat NSAID, akan meningkat.

Obat nyeri yang relatif aman untuk dikonsumsi oleh pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah paracetamol. Paracetamol memiliki keunikan karena dikeluarkan dari tubuh sebagian besar melalui hati dan hanya sedikit melalui ginjal. Dengan demikian, obat ini relatif aman digunakan meskipun pasien memiliki gangguan fungsi ginjal, asalkan fungsi hatinya masih baik.

Lebih penting dari pemilihan obat nyeri pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, adalah mengetahui penyebab nyeri itu dari mana serta konsultasi ke dokter untuk mengobati penyebab nyeri nya. Karena, nyeri yang kita alami mungkin saja merupakan gejala dari penyakit yang belum kita ketahui. Jadi, sedapat mungkin hindari minum obat nyeri tanpa resep dokter atau sebelum mengetahui penyebab dari nyeri yang kita alami. Salam sehat untuk kita semua.

Daftar Pustaka:

Davison SN. Clinical Pharmacology Considerations in Pain Management in Patients with Advanced Kidney Failure. Clin J Am Soc Nephrol. 2019 Jun 7;14(6):917-931. doi: 10.2215/CJN.05180418. Epub 2019 Mar 4.

Sumber Gambar: 

http://www.kalbemed.com/News-Events/News/Read-News-Article/ArtMID/451/ArticleID/733/Hyaluronic-Acid-Single-injection-untuk-Sakit-Sendi-akibat-Osteoartritis

Informasi terkini Deteksi Dini Kanker pada Usia Produktif

Meskipun terdapat kemajuan luar biasa dalam pengobatan kanker, namun bila kanker terlambat terdeteksi, maka keberhasilannya menjadi lebih rendah. Oleh karenanya, deteksi dini kanker sangat meningkatkan peluang keberhasilan terapi kanker.

Dua komponen deteksi dini kanker adalah diagnosis dini dan skrining. Apakah perbedaan keduanya? Diagnosis dini fokus untuk mendeteksi secepat mungkin pasien kanker yang sudah memiliki gejala, sedangkan skrining adalah penggunaan tes untuk mendeteksi kanker pada individu sehat yang belum memiliki gejala atau keluhan apa pun.

Diagnosis dini memiliki 2 komponen utama:

  • Peningkatan kesadaran akan tanda-tanda awal kanker, di kalangan dokter, perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya serta di kalangan masyarakat umum
  • Peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan diagnosis dan
    pengobatan, serta peningkatan rujukan dari layanan tingkat pertama ke
    tingkat sekunder dan tersier.

Diagnosis dini relevan untuk semua jenis kanker dan diperlukan pengobatan segera setelah gejala pertama muncul. Skrining biasanya berupa tes sederhana pada populasi sehat untuk mengidentifikasi individu yang mengidap suatu penyakit, namun belum menunjukkan gejala. Saat ini, tersedia beberapa skrining kanker yang diketahui yaitu:

  • Mamografi untuk deteksi kanker payudara
  • Pemeriksaan HPV dan Pap smear untuk kanker serviks
  • Kolonoskopi, sigmoidoskopi, dan tes berbasis tinja untuk deteksi kanker
    kolorektal
  • CT scan dosis rendah untuk kanker paru

Saat ini teknologi baru juga sedang dikembangkan untuk dapat mendeteksi sel tumor, DNA dan zat lain dalam darah yang mengindikasikan adanya pertumbuhan berbagai jenis kanker sebelum menimbulkan gejala. Metode ini nantinya dapat sangat membantu dalam meningkatkan deteksi dini kanker yang belum terdeteksi dengan skrining. Namun, teknologi deteksi ini tentunya masih membutuhkan pembuktian manfaat dan keamanan.

Demikian informasi yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat dan dapat menjadi salah satu referensi untuk artikel di KECC.

Salam
Farica NK

 

Referensi:

1. Schiffman J et al. Early Detection of Cancer: Past, Present and Future. ASCO Educational Book. 2015;57-65

2. Detect Cancers Early. National Cancer Plan [Internet] 2024 [ cited 2024 Apr 23]. Available from: https://nationalcancerplan.cancer.gov/goals/detect-cancersearly#

3. Cancer – Screening and Early Detection. World Health Organization. [Internet] 2010 [ cited 2024 Apr 23]. Available from: https://www.who.int/europe/news-room/fact-sheets/item/cancer-screening-and-early-detection-of-cancer

Gagal Jantung dan Serangan Jantung: Mana yang Lebih Berbahaya?

Jantung adalah organ vital yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang berbeda, meskipun keduanya merupakan bentuk dari penyakit jantung dan perlu diwaspadai. Meski sama-sama memengaruhi jantung, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Berikut adalah perbedaan antara gagal jantung dan serangan jantung:

Gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Ciri – ciri gagal jantung meliputi:

  • Gejalanya adalah nyeri dada, sesak napas yang memberat dalam posisi berbaring, batuk dimalam hari, hingga bengkak pada tungkai.
  • Bisa disebabkan adanya penyakit lain yang mendasari seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kardiomiopati, atau aritmia

Serangan jantung

Serangan jantung adalah kondisi ketika otot jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi ini dapat terjadi karena penyumbatan pembuluh darah koroner.

Ciri – ciri serangan jantung meliputi:

  • Gejalanya adalah nyeri dada, terutama di sebelah kiri, dapat menjalar ke rahang atau lengan kiri, sesak napas, keringat dingin, hingga dapat mengalami mual dan muntah.
  • Terjadi ketika sel-sel otot jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup karena adanya penyumbatan di pembuluh darah koroner.
  • Terjadi secara mendadak dan dapat memburuk dengan cepat.
  • Bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gaya hidup yang tidak sehat.

Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gagal jantung dan serangan jantung, antara lain:

  • Menjaga berat badan ideal
  • Melakukan olahraga secara teratur
  • Mengonsumsi makanan yang sehat
  • Tidak merokok
  • Mengontrol tekanan darah, kolesterol, dan gula darah

Kesimpulan

Gagal jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang dapat memengaruhi jantung. Meski sama-sama memengaruhi jantung, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan. Penting untuk mengetahui perbedaan antara gagal jantung dan serangan jantung agar dapat mendapatkan penanganan yang tepat.

Ditinjau Oleh: dr. Lyon Clement
Tanggal: 26 September 2023
Referensi:
  • Beda Serangan Jantung, Gagal Jantung, Dan Henti Jantung. KlikDokter. (n.d.). https://www.klikdokter.com/info-sehat/jantung/beda-serangan-jantung-gagal-jantung-dan-henti-jantung
  • Keluarga, M. (n.d.-a). Gagal Jantung: Ketahui Penyebab, Gejala, Dan Cara Diagnosanya. Mitra Keluarga. https://www.mitrakeluarga.com/artikel/gagal-jantung
  • Keluarga, M. (n.d.-b). Pahami Perbedaan Serangan Jantung Dan Henti Jantung. Mitra Keluarga. https://www.mitrakeluarga.com/artikel/perbedaan-serangan-jantung-dan-henti-jantung
  • Primaya Hospital. (2021, June 17). Gagal Jantung Kongestif: Silent Killer Yang Berbahaya. https://primayahospital.com/jantung/gagal-jantung-kongestif/
  • Siloam Hospitals, T. M. (n.d.). 3 Perbedaan Gagal Jantung dan Serangan Jantung, Perlu Tahu!Ti. Rumah Sakit Dengan Pelayanan Berkualitas – Siloam hospitals. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/perbedaan-gagal-jantung-dan-serangan-jantung

Apakah Cukup Mendapatkan Vitamin D dengan Berjemur atau Harus dengan Suplementasi?

Vitamin D merupakan salah satu vitamin larut lemak yang diperlukan untuk kesehatan organ-organ tubuh seperti tulang dan gigi, sistem imun, otot, jantung dan pembuluh darah, paru, otak, dan organ tubuh lainnya. Peranan utama dari vitamin D adalah meregulasi kadar kalsium darah tetap normal dengan membantu penyerapan kalsium yang dikonsumsi.

Salah satu sumber utama untuk mendapatkan vitamin D adalah dengan berjemur, di mana dengan bantuan paparan sinar ultraviolet B (UVB) matahari dengan panjang gelombang 290-320 nanometer, maka provitamin D (7-dehydrocholesterol) yang secara alami ada di kulit manusia akan diubah menjadi previtamin D yang selanjutnya diubah menjadi vitamin D dalam bentuk vitamin D3.

Kurangnya paparan sinar matahari merupakan alasan utama banyaknya kasus defisiensi vitamin D di dunia. Namun apakah hanya dengan berjemur, maka sudah cukup mendapatkan vitamin D? 

Sinar matahari diperkirakan membentuk sekitar 2000 IU vitamin D pada orang berkulit terang yang terpapar 20-30 menit sinar matahari pada wajah dan lengan bawah di tengah hari. Penelitian di UK menunjukkan bahwa pengulangan paparan sinar matahari 2-3 kali seminggu cukup untuk mempertahankan kadar vitamin D tetap normal selama musim panas. Namun pembentukan vitamin D di kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor:

  • Durasi dan waktu paparan radiasi UVB

Beberapa peneliti vitamin D menyatakan bahwa paparan sinar matahari sekitar 5-30 menit antara pukul 10.00-16.00 minimal 2 kali dalam seminggu pada wajah, lengan, tungkai, atau punggung tanpa penggunaan tabir surya biasanya cukup untuk pembentukan vitamin D di kulit. Untuk di Indonesia yang merupakan negara tropis, disarankan berjemur antara pukul 09.00-10.00 sekitar 5-15 menit, 2-3 kali seminggu.

  • Musim

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian kekurangan kadar vitamin D lebih banyak ditemukan saat musim dingin dan semi dibanding musim panas dan gugur.

  • Polusi udara

Polusi udara dapat menyebabkan penurunan pembentukan vitamin D di kulit dengan menghalangi ultraviolet B 

  • Kandungan melanin (pigmen kulit)

Melanin merupakan pigmen yang memberi warna pada kulit dan berperan sebagai tabir surya alami dapat menurunkan pembentukan vitamin D pada kulit. Jadi semakin gelap kulit seseorang, maka memerlukan waktu berjemur yang lebih lama dibanding orang berkulit terang untuk membentuk vitamin D di kulit dalam jumlah yang sama.

  • Penggunaan tabir surya atau pelindung 

Tabir surya dengan SPF (sun protection factor) ≥8 tampaknya juga dapat menghambat sinar UVB dalam memproduksi vitamin D jika tabir surya digunakan dalam jumlah yang cukup, menutupi semua permukaan kulit yang terpapar sinar matahari, dan diulang pemakaiannya secara rutin. Penggunaaan pelindung seperti pakaian yang menutupi hampir semua bagian tubuh juga dapat menurunkan pembentukan vitamin D di kulit karena sinar UVB matahari tidak bisa menembus pakaian.

Jadi meskipun sudah berjemur atau terpapar sinar matahari, namun jika kurang tepat cara berjemurnya, maka vitamin D yang dibentuk di kulit bisa jadi kurang optimal sehingga serngkali masih belum mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin D. Oleh karena itu seringkali masih memerlukan sumber vitamin D lain seperti makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan dari laut (misalnya salmon, sarden, tuna), minyak ikan kod, hati sapi, kuning telur, keju, mentega, susu, dan jamur, namun biasanya kandungan vitamin D dalam makanan relatif kecil sehingga perlu dilengkapi dengan suplemen vitamin D untuk memenuhi kebutuhan vitamin D.

Suatu penelitian telah dilakukan di Korea pada 60 orang berusia 20-49 tahun dengan defisiensi vitamin D (kadar vitamin D dalam darah kurang dari 20 ng/mL). Peserta penelitian secara acak dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan paparan sinar matahari, kelompok yang diberikan suplementasi vitamin D, dan kelompok dengan hidup sehari-hari selama 1 bulan. Pada kelompok paparan sinar matahari mendapatkan paparan sinar matahari pada 20-30% area permukaan tubuh selama 30-60 menit per hari, 3 kali seminggu selama musim panas. Sedangkan suplementasi vitamin D diberikan dengan dosis 800 IU/hari pada kelompok suplementasi vitamin D.

Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan kadar vitamin D dalam darah paling tinggi terjadi pada kelompok vitamin D. Hanya sedikit peningkatan kadar vitamin D dalam darah yang terjadi pada kelompok paparan sinar matahari, sedangkan pada kelompok hidup sehari-hari tidak menunjukkan perbedaan kadar vitamin D dalam darah. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa paparan sinar matahari saja tidak cukup untuk mengatasi defisiensi vitamin D pada peserta penelitian tersebut.

 

Referensi:

  1. Vitamin D. https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminD-HealthProfessional/?print=1
  2. Vitamin D. https://assignmentpoint.com/vitamin-d/
  3. Association of sun exposure and seasonality with vitamin D levels in Brazilian children and adolescents. Rev Paul Pediatr. 2023; 41: e2021361
  4. Air pollution, environmental chemicals, and smoking may trigger vitamin D deficiency: Evidence and potential mechanisms. Environment International 2019;122:67-90.
  5. Vitamin D and skin physiology: A D-lightful story. Journal Oo Bone and Mineral Research 2007;22(2).  
  6. Can current recommendations on sun exposure sufficiently increase serum vitamin D level? One-month randomized clinical trial. J Korean Med Sci. 2020;35(8):e50

 

Menjaga Kesehatan Jantung dan Fisik di Usia Produktif: Panduan dan Strategi

Pendahuluan

Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Tidak semua faktor risiko penyakit jantung dapat dikendalikan, seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung, jenis kelamin laki-laki, ataupun bertambahnya usia. Namun demikian, terdapat berbagai faktor risiko penyakit jantung yang justru ada di bawah kendali kita yang dapat kita cegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berikut ini adalah kiat untuk menjaga kesehatan jantung dan fisik di usia produktif!

  1. Stop Merokok

Merokok secara aktif ataupun pasif, dengan rokok biasa ataupun rokok elektrik, dapat menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah Anda. Selain itu merokok juga dapat menyebabkan kondisi hipoksia, yang mana dapat mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi-kondisi tersebut dapat berhubungan dengan kejadian hipertensi yang dapat semakin meningkatkan risiko penyakit jantung. Dengan berhenti merokok, risiko penyakit jantung akan berangsur-angsur menurun. Berhenti merokok selama setahun dapat menurunkan risiko penyakit jantung kira-kira 50% dari ketika masih merokok. Maka, berhentilah merokok mulai dari sekarang!

  1. Olahraga

Aktivitas fisik rutin dapat menurunkan risiko penyakit jantung sekaligus memperbaiki kondisi fisik Anda termasuk menurunkan berat badan. Selain itu, aktivitas fisik dapat juga memperbaiki kondisi hipertensi, kolesterol berlebih, dan diabetes melitus tipe 2. Secara umum, Anda perlu melakukan olahraga aerobik derajat sedang seperti berjalan selama 150 menit seminggu dan olahraga aerobik dengan derajat yang lebih intens seperti berlari selama 75 menit seminggu. Disarankan pula agar Anda juga melakukan latihan kekuatan otot sekurangnya 2 sesi atua lebih dalam seminggu. Bila aktivitas anda sangat padat sehingga tidak dapat melakukan semua kegiatan tersebut, jangan khawatir! Tetap upayakan lakukan beragam aktivitas fisik sehari-hari seperti naik turun tangga, membersihkan rumah dan lingkungan, dan aktivitas lainnya. Melakukan sedikit aktivitas fisik lebih baik dibandingkan tidak melakukannya dan Anda juga akan memperoleh manfaat untuk menurunkan risiko penyakit jantung.

  1. Pengaturan Diet

Makanan sehat dapat membantu mencegah penyakit jantung, mengoptimlakan tekanan darah dan kadar kolesterol, serta menurunkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, daging tanpa lemak dan ikan, dan sumber lemak yang sehat seperti minyak zaitun. Sebaliknya, hindari makanan dengan kandungan garam dan gula yang terlalu tinggi, produk makanan olahan, makanan-makanan dengan kandungan lemak trans dan lemak jenuh yang tinggi seperti gorengan, dan juga hindari konsumsi alkohol. Membiasakan diri konsumsi makanan sehat dapat membantu Anda menurunkan risiko penyakit jantung.

  1. Kontrol Berat Badan

Berat badan berlebih, terutama yang dikenal dengan istilah obesitas sentral di mana Anda memiliki lemak yang berlebih terutama di bagian tengah tubuh, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, kadar kolesterol berlebih, dan juga diabetes melitus tipe 2. Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2 umumnya meningkatkan risiko-risiko tersebut. Berita baiknya, menurunkan berat badan 3-5% saja sudah dapat mulai memberikan manfaat untuk kesehatan jantung Anda dengan membantu menurunkan kadar lemak tertentu dalam darah, yaitu trigliserida, serta membantu mengoptimalkan gula darah Anda. Menurunkan berat badan lebih lanjut dapat menambahkan manfaat penurunan tekanan darah dan kadar kolesterol tubuh sehingga semakin membantu mencegah penyakit jantung.

  1. Tidur Cukup

Sibuk beraktivitas membuat kita seringkali memangkas waktu tidur. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit, termasuk obesitas, hipertensi, diabetes melitus tipe 2, atau bahkan depresi dan penyakit jantung. Usahakanlah agar Anda setidaknya mendapatkan waktu tidur 7 jam sehari dengan jam tidur yang teratur untuk hidup yang lebih sehat!

  1. Kendalikan Stres

Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan terkadang membuat pikiran kita tertekan. Berhati-hatilah, karena stres yang berlebih dapat meningkatkan risiko hipertensi dan juga penyakit jantung! Tekanan dari berbagai hal mungkin tidak dapat dihindari, namun Anda dapat melindungi kesehatan Anda dengan manajemen stres yang baik. Beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengendalikan stres antara lain melakukan aktivitas fisik, latihan relaksasi, yoga, dan meditasi. Jangan lupa bahwa Anda juga bisa berkonsultasi ke psikolog atau psikiater bila Anda untuk mendapatkan bantuan dan arahan yang paling tepat untuk Anda.

  1. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Beberapa faktor risiko seperti hipertensi, kadar kolesterol berlebih, dan diabetes melitus tipe 2 dapat dideteksi dini bila kita melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah di fasilitas layanan kesehatan terdekat. Kadar kolesterol dan gula darah dapat diperiksa dengan pemeriksaan darah sederhana di laboratorium. Bila Anda mengalami hipertensi, kadar kolesterol berlebih, atau diabetes melitus tipe 2, jangan khawatir dan segera konsultasikanlah ke Dokter Anda, karena kondisi-kondisi tersebut semakin dideteksi lebih dini, semakin cepat pula dapat dikendalikan sehingga risiko penyakit jantung dapat ditekan.

  1. Cegah Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi tertentu dapat menyebabkan penyakit jantung. Sebagai contoh, infeksi gigi berlubang atau infeksi gusi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan endokarditis, yaitu peradangan pada endokardium jantung. Maka, jangan lupa jaga kebersihan gigi Anda dan konsultasikanlah ke Dokter gigi apabila diperlukan. Selain itu, berbagai penyakit infeksi dapat memperburuk kondisi orang yang telah memiliki penyakit jantung sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa tindakan pencegahan infeksi, salah satunya dengan vaksinasi, dapat membantu Anda menurunkan risiko terkena penyakit infeksi. Vaksinasi ini khususnya amat penting untuk dilakukan bagi Anda yang telah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.

Kesimpulan

Kendali faktor risiko penyakit jantung sejak dini dengan menghindari rokok, berolahraga rutin, mengatur diet, mengontrol berat badan, tidur cukup, mengendalikan stres, memeriksa kesehatan secara rutin, dan mencegah penyakit infeksi merupakan kunci untuk menjaga kesehatan jantung dan fisik, agar produktivitas senantiasa tetap terjaga.

Referensi:

  1. Mayo Clinic. Strategies to prevent heart disease [Internet]. [cited 2024 Apr 8]; Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-disease/in-depth/heart-disease-prevention/art-20046502
  2. US Department of Health and Human Services. Keep your heart healthy [Internet]. [cited 2024 Apr 8]; Available from: https://health.gov/myhealthfinder/health-conditions/heart-health/keep-your-heart-healthy

Penyebab dan Solusi GTM pada Anak

Proses makan pada anak merupakan suatu tahapan ketika usia anak sudah berusia di atas 6 bulan, atau yang dikenal dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Proses belajar makan pada anak tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, melainkan juga sebagai momen untuk melatih keterampilan dan kebiasaan makan yang sehat. Pada proses makan juga terjadi interaksi antara orangtua dan anak yang dapat mendekatkan orangtua dan si buah hati. Namun, yang terjadi seringkali tidak sesuai harapan, karena dalam proses makan ini tak jarang, orangtua mengeluhkan anak batitanya susah makan. Dari yang awalnya menutup rapat mulut sampai menyemburkan makanan atau bahkan melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya.

Gerakan tutup mulut atau yang dikenal dengan GTM adalah suatu kondisi dimana anak enggan makan atau bahkan menolak makanan dengan menutup mulutnya. Menurut penelitian multisenter Ikatan Dokter Anakn Indonesia/ IDAI, penyebab tersering GTM pada anak adalah inappropiate feeding practice, yaitu perilaku makan yang tak benar atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Seringkali, hal ini terjadi sejak fase penyapihan atau waktu dimulainya pemberian MPASI. Pemberian makan yang benar harus memperhatikan beberapa hal seperti tepat waktu, kuantitas dan kualitas makanan, kebersihan penyiapan dan penyajian makanan serta harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Tidak kalah penting untuk selalu menyesuaikan tekstur makanan dan perbandingan makanan padat serta cair sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Apabila tekstur dan perbandingan makanan tersebut tidak sesuai, maka anak juga enggan untuk makan karena tidak sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengunyah atau mencerna.

Namun para orangtua tidak perlu khawatir, karena fenomena GTM ini dapat dicegah dan diatasi supaya tidak berkelanjutan dan mengganggu asupan gizi anak. Solusi dari GTM adalah dengan melatih perilaku makan anak dengan menerapkan feeding rules atau peraturan makan, yaitu:

  • Mengatur jadwal makan anak dan tetapkan jam pemberian makan, supaya anak mengerti kapan waktu untuk makan. Termasuk mengatur jadwal makanan utama dan makanan selingan/ snack.
  • Membatasi waktu makan 30 menit agar anak bisa fokus dalam proses makan. Kalau dibiarkan terlalu lama, maka seringnya anak akan cenderung mengemut makanan.
  • Mengajak anak untuk terlibat dalam proses makan, misalnya dengan menggunakan sendok/ garpu, memegang makanan. Jika anak menunjukkan tanda tidak mau makan, dengan menutup mulut, memalingkan kepala, menangis, maka hentikan proses makan dan tawarkan makanan kembali tanpa memaksa. Lakukan hal ini sekitar 10-15 menit, jika anak tetap tidak mau makan maka akhiri proses makan. Hal ini dilakukan supaya anak mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
  • Membatasi konsumsi susu, baik dari jumlah susu yang diberikan, mau pun waktu pemberian susu. Jika anak tidak mau makan, jangan digantikan dengan pemberian susu. Nutrisi yang optimal untuk anak lebih baik dari makanan yang dikonsumsi.
  • Hal lain yang sebaiknya tidak dilakukan ketika anak sedang makan adalah memarahi anak ketika tidak mau makan, membiasakan anak makan dengan distraksi lain seperti naik sepeda, menonton televisi, dan berjalan-jalan.

 

Referensi:

  1. Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (IDAI). “Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Batita.” IDAI. Available online: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita (Accessed April 8, 2024).
  2. Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (IDAI). “Memberi Makan pada Bayi: Kapan, Apa, dan Bagaimana.” IDAI. Available online: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memberi-makan-pada-bayi-kapan-apa-dan-bagaimana (Accessed April 8, 2024).
  3. Ikatan Dokter Anak Indonesia, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Pendekatan diagnosis dan tata laksana masalah makan pada batita di Indonesia. Jakarta: IDAI;2014. 13

 

Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC