Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Peran L-carnitine dan Coenzyme Q10 dalam Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular

Penyakit Kardiovaskular di Asia Tenggara

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian dini yang disebabkan oleh penyakit tidak menular utama di dunia.1-2 Kejadian kematian dini karena penyakit tidak menular terutama tinggi pada kebanyakan negara di Asia Tenggara, dengan lebih dari dua kali lipat risikonya pada Filipina, Myanmar, dan Laos, dibandingkan di Inggris Raya. Terlebih lagi, prevalensi gagal jantung yang bergejala tampaknya lebih tinggi pada Asia Tenggara dibandingkan wilayah lain di seluruh dunia, muncul pada usia yang lebih muda, namun dengan kondisi klinis yang lebih berat.1 Ditambah lagi, di Asia Tenggara, mayoritas kematian yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Angka kematian tertinggi karena penyakit kardiovaskular di Asia Tenggara secara berturut-turut diraih oleh Myanmar, Indonesia, dan Vietnam, secara berurutan.2

Bioenergetika pada Penyakit Kardiovaskular

Walaupun kondisi klinis pasien penderita gagal jantung dan PJK semakin membaik seiring dengan perkembangan teknologi pengobatan, terapi optimal untuk kedua kondisi tersebut masih merupakan suatu tantangan tersendiri.3-4 Pada pasien dengan gagal jantung, gejala dapat disebabkan oleh disfungsi bioenergetika yang menyebabkan kekurangan energi pada sel otot jantung.3 Serupa, pada pasien dengan PJK, perhatian pada jalur metabolisme sel otot jantung merupakan salah satu pendekatan untuk memperbaiki gejala nyeri dada dan kondisi klinis secara umum.4-5 Disfungsi mitokondria dipercaya menjadi salah satu mekanisme penyebab timbulnya gejala terkait PJK.4

Maka, menyediakan energi yang cukup untuk sel otot jantung dapat memiliki potensi yang baik untuk memperbaiki kondisi klinis pasien dengan gagal jantung dan PJK. L-carnitine dan coenzyme Q10 adalah zat yang memegang peranan penting pada bioenergetika sel, khususnya sel otot jantung. Keduanya telah diteliti sebagai terapi tambahan untuk berbagai penyakit kardiovaskular.3-4

L-carnitine dan Perannya dalam Penyakit Kardiovaskular

Carnitine merupakan senyawa turunan asam amino yang berfungsi dalam transportasi asam lemak rantai panjang dari sitosol ke matriks mitokondria, tempat terjadinya oksidasi asam lemak yang kemudian menyediakan energi untuk otot jantung dalam bentuk ATP. Carnitine paling banyak ditemukan di otot jantung dan otot rangka, tempat di mana 95% kandungan carnitine dalam tubuh disimpan di dalam sel.6 Sekitar 70% energi otot jantung dihasilkan dari proses oksidasi asam lemak ini.7 Maka, carnitine memegang peranan penting dalam bioenergetika otot jantung. Sebagai tambahan, tanpa oksidasi asam lemak yang cukup, asam lemak bebas yang berlebih akan terakumulasi di dalam sel, berpotensi menyebabkan kardiomiopati dan aritmia.8

Sumber utama carnitine adalah dari makanan, terutama didapatkan dari daging dan produk olahan susu. Carnitine diserap dengan baik di saluran cerna.8 Karena perannya untuk otot jantung, suplementasi L-carnitine telah diteliti pada berbagai penyakit kardiovaskular. 4,9-10 Sebuah studi meta-analisis dari 17 uji klinik yang mengikutsertakan 1.625 pasien gagal jantung menunjukkan bahwa suplementasi L-carnitine dalam durasi 7 hari hingga 3 tahun untuk pasien gagal jantung berhubungan dengan perbaikan fungsi ventrikel kiri serta curah jantung yang lebih signifikan dibandingkan terapi konvensional.9

Studi lainnya melaporkan penggunaan L-carnitine untuk pasien yang mengalami infark miokard akut berdasarkan data dari 13 uji klinik mencakup 3.629 pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa L-carnitine secara signifikan menurunkan kejadian kematian sebesar 27%, menurunkan kejadian aritmia ventrikel sebesar 65%, dan meredakan gejala nyeri dada sebesar 40% dibandingkan kontrol.4 Sebagai tambahan, L-carnitine juga dapat memperbaiki profil lipid dan kendali gula darah pada pasien-pasien dengan faktor risiko kardiovaskular seperti dislipidemia dan diabetes melitus, sehingga berpotensi menurunkan risiko kejadian kardiovaskular.10

Coenzyme Q10 dan Perannya dalam Penyakit Kardiovaskular

Coenzyme Q10 (CoQ10) merupakan komponen utama dalam sistem transport elektron di mitokondria di dalam sel yang diperlukan untuk produksi energi. Sebagai tambahan, CoQ10 juga bisa bertindak sebagai antioksidan intraseluler, memberikan perlindungan terhadap membran sel terhadap oksidasi. CoQ10 memegang peranan penting dalam bioenergetika jantung, menyediakan energi untuk pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma sel otot dan mengaktivasi protein untuk kontraksi otot jantung. Juga merupakan suatu hal yang telah diketahui bahwa stres oksidatif akibat radikal bebas dapat menyebabkan hipertrofi otot jantung, sedangkan sifat antioksidan dari CoQ10 dapat meredakan stres oksidatif tersebut. Terakhir, CoQ10 juga memiliki sifat antiradang yang dapat mencegah fibrosis otot jantung dan gagal jantung.11

Produksi CoQ10 dari dalam tubuh kita sendiri menurun setelah usia 20 tahun. Kadar CoQ10 dalam otot jantung berkurang hingga setengahnya di usia 80 tahun. Maka, suplementasi CoQ10 terutama memberikan manfaat kesehatan pada populasi lansia.12 Suplementasi CoQ10 telah diteliti pada beberapa uji klinik. Uji klinik Q-SYMBIO merupakan penelitian yang mengevalausi CoQ10 sebagai terapi tambahan untuk gagal jantung. Hasil studi ini menunjukan bahwa CoQ10 menurunkan kejadian kardiovaskular mayor sebesar 50% dalam waktu terapi selama 2 tahun. Kematian kardiovaskular, durasi rawat inap di rumah sakit, serta perbaikan gejala gagal jantung juga dapat diperoleh pasien yang mendapatkan suplemen CoQ10.3

Studi lain mengeksplorasi manfaat gaya hidup sehat dengan suplementasi CoQ10 dan L-carnitine sebagai tambahannya selama 3 bulan untuk pasien dengan infark miokard. Hasil studi menunjukkan bahwa terapi tersebut secara signifikan meningkatkan kualitas hidup pasien, baik secara fisik dan emosional. Sebagai tambahan, penelitian lainnya menunjukkan manfaat suplementasi CoQ10 100 mg per hari untuk pasien dengan hipertensi, di mana pasien lebih jarang mengalami infark miokard dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan suplementasinya. Hasil studi ini membuktikan bahwa CoQ10 bermanfaat juga untuk mencegah infark miokard pada pasien-pasien berisiko tinggi.14

Kesimpulan

Car-Q mengandung L-carnitine dan coenzyme Q10 yang memegang peranan penting dalam bioenergetika jantung dengan berbagai manfaat kesehatan tambahan lainnya. Keduanya telah diteliti dalam berbagai uji klinik dan menunjukkan manfaat yang baik dalam mencegah dan mengobati penyakit kardiovaskular termasuk gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

Referensi

  1. Lam CSP. Heart failure in Southeast Asia: facts and numbers. ESC Heart Failure. 2015; 2: 46-9.
  2. Zhao D. Epidemiological features of cardiovascular disease in Asia. JACC: Asia. 2021; 1: 1-13.
  3. Mortensen SA, Rosenfeldt F, Kumar A, Dolliner P, Filipiak KJ, Pella D, et al. The effect of coenzyme Q10 on morbidity and mortality in chronic heart failure. JACC: Heart Failure. 2014; 2: 641-9.
  4. DiNicolantonio JJ, Lavie CJ, Fares H, Menezes AP, O’Keefe JH. L-carnitine in the secondary prevention of cardiovascular disease: systematic review and meta-analysis. Mayo Clin Proc. 2013; 88: 544-51.
  5. Guarini G, Hugi A, Morrone D, Capozza PFG, Marzilli M. Trimetazidine and other metabolic modifiers. Eur Cardiol. 2018; 13: 104-11.
  6. Gnoni A, Longo S, Gnoni GV, Giudetti AM. Carnitine in human muscle bioenergetics: can carnitine supplementation improve physical exercise? Molecules. 2020; 25: 182.
  7. Lionetti V, Stanley WC, Recchia FA. Modulating fatty acid oxidation in heart failure. Cardiovasc Res. 2011; 90: 202-9.
  8. Longo N, Frigeni M, Pasquali M. Carnitine transport and fatty acid oxidation. Biochim Biophys Acta. 2016; 1863: 2422-35.
  9. Song X, Qu H, Yang Z, Rong J, Cai W, Zhou H. Efficacy and safety of l-carnitine treatment for chronic heart failure: a meta-analysis of randomized controlled trials. Biomed Res Int. 2017; 6274854: 1-11.
  10. Asadi M, Rahimlou M, Shishehbor F, Mansoori A. The effect of l-carnitine supplementation on lipid profile and glycaemic control in adults with cardiovascular risk factors: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials. Clin Nutr. 2020; 39: 110-22.
  11. Zozina VI, Covantev S, Goroshko OA, Krasnykh LM, Kukes VG. Coenzyme Q10 in cardiovascular and metabolic diseases: current state of the problem. Curr Cardiol Rev. 2018; 14: 164-74.
  12. Aaseth J, Alexander J, Alehagen U. Mechanism of ageing and development. 2021; 197: 111521.
  13. Sharifi MH, Eftekhari MH, Ostovan MA, Rezaianazadeh A. Effects of a therapeutic lifestyle change diet and supplementation with Q10 plus L-carnitine on quality of life in patients with myocardial infarction: a randomized clinical trial. J Cardiovasc Thorac Res. 2017; 9: 21-8.
  14. Shah IA, Memon M, Ansari S, Kumar R, Chandio SA, Mirani SH, Rizwan A. Role of coenzyme Q10 in prophylaxis of myocardial infarction. Cureus. 2021; 13: e13137.

 

Apakah Cuci Darah Ditanggung BPJS Kesehatan?​

Cuci darah atau dialisis adalah prosedur medis yang vital bagi pasien yang mengidap penyakit ginjal kronik (PGK) tahap akhir. Proses ini membantu membersihkan darah dari sisa-sisa metabolisme dan racun yang biasanya dieliminasi oleh ginjal yang sehat.​

Bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang mengidap PGK, BPJS Kesehatan menyediakan jaminan untuk dialisis dengan tujuan membantu pasien mendapatkan perawatan yang dibutuhkan tanpa beban biaya yang berlebihan.

Prosedur untuk mendapatkan dialisis yang ditanggung BPJS Kesehatan:​

– Jadilah peserta BPJS Kesehatan​

– Diagnosa penyakit ginjal kronik tahap akhir dari dokter yang berwenang​

– Rujukan dari dokter untuk menjalani terapi dialisis​

– Memilih fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan​

– Melakukan proses administrasi yang diperlukan untuk melakukan perawatan​

– Mulai terapi dialisis​

Oleh karena itu, bagi kamu kamu Kidney Warrior atau Caregiver boleh banget ya untuk menggunakan BPJS sebagai jamiman dialisis bebas biaya

 

Sumber:​ Max Ki. Biaya Cuci Darah Ditanggung BPJS Kesehatan, Begini Prosedurnya [Internet]. 2023 [Cited 2024 Feb 20]. Available from: https://umsu.ac.id/berita/biaya-cuci-darah-ditanggung-bpjs-kesehatan-begini-prosedurnya/#:~:text=Bagi%20peserta%20Jaminan%20Kesehatan%20Nasional,tanpa%20beban%20biaya%20yang%20berlebihan​

Gagal Jantung dan Serangan Jantung: Mana yang Lebih Berbahaya?

Jantung adalah organ vital yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang berbeda, meskipun keduanya merupakan bentuk dari penyakit jantung dan perlu diwaspadai. Meski sama-sama memengaruhi jantung, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan.

Berikut adalah perbedaan antara gagal jantung dan serangan jantung:

Gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Ciri – ciri gagal jantung meliputi:

  • Gejalanya adalah nyeri dada, sesak napas yang memberat dalam posisi berbaring, batuk dimalam hari, hingga bengkak pada tungkai.
  • Bisa disebabkan adanya penyakit lain yang mendasari seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kardiomiopati, atau aritmia

Serangan jantung

Serangan jantung adalah kondisi ketika otot jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi ini dapat terjadi karena penyumbatan pembuluh darah koroner.

Ciri – ciri serangan jantung meliputi:

  • Gejalanya adalah nyeri dada, terutama di sebelah kiri, dapat menjalar ke rahang atau lengan kiri, sesak napas, keringat dingin, hingga dapat mengalami mual dan muntah.
  • Terjadi ketika sel-sel otot jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup karena adanya penyumbatan di pembuluh darah koroner.
  • Terjadi secara mendadak dan dapat memburuk dengan cepat.
  • Bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gaya hidup yang tidak sehat.

Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gagal jantung dan serangan jantung, antara lain:

  • Menjaga berat badan ideal
  • Melakukan olahraga secara teratur
  • Mengonsumsi makanan yang sehat
  • Tidak merokok
  • Mengontrol tekanan darah, kolesterol, dan gula darah

Kesimpulan

Gagal jantung dan serangan jantung adalah dua kondisi yang dapat memengaruhi jantung. Meski sama-sama memengaruhi jantung, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan. Penting untuk mengetahui perbedaan antara gagal jantung dan serangan jantung agar dapat mendapatkan penanganan yang tepat.

Ditinjau Oleh: dr. Lyon Clement
Tanggal: 26 September 2023
Referensi:
  • Beda Serangan Jantung, Gagal Jantung, Dan Henti Jantung. KlikDokter. (n.d.). https://www.klikdokter.com/info-sehat/jantung/beda-serangan-jantung-gagal-jantung-dan-henti-jantung
  • Keluarga, M. (n.d.-a). Gagal Jantung: Ketahui Penyebab, Gejala, Dan Cara Diagnosanya. Mitra Keluarga. https://www.mitrakeluarga.com/artikel/gagal-jantung
  • Keluarga, M. (n.d.-b). Pahami Perbedaan Serangan Jantung Dan Henti Jantung. Mitra Keluarga. https://www.mitrakeluarga.com/artikel/perbedaan-serangan-jantung-dan-henti-jantung
  • Primaya Hospital. (2021, June 17). Gagal Jantung Kongestif: Silent Killer Yang Berbahaya. https://primayahospital.com/jantung/gagal-jantung-kongestif/
  • Siloam Hospitals, T. M. (n.d.). 3 Perbedaan Gagal Jantung dan Serangan Jantung, Perlu Tahu!Ti. Rumah Sakit Dengan Pelayanan Berkualitas – Siloam hospitals. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/perbedaan-gagal-jantung-dan-serangan-jantung

Apakah Cukup Mendapatkan Vitamin D dengan Berjemur atau Harus dengan Suplementasi?

Vitamin D merupakan salah satu vitamin larut lemak yang diperlukan untuk kesehatan organ-organ tubuh seperti tulang dan gigi, sistem imun, otot, jantung dan pembuluh darah, paru, otak, dan organ tubuh lainnya. Peranan utama dari vitamin D adalah meregulasi kadar kalsium darah tetap normal dengan membantu penyerapan kalsium yang dikonsumsi.

Salah satu sumber utama untuk mendapatkan vitamin D adalah dengan berjemur, di mana dengan bantuan paparan sinar ultraviolet B (UVB) matahari dengan panjang gelombang 290-320 nanometer, maka provitamin D (7-dehydrocholesterol) yang secara alami ada di kulit manusia akan diubah menjadi previtamin D yang selanjutnya diubah menjadi vitamin D dalam bentuk vitamin D3.

Kurangnya paparan sinar matahari merupakan alasan utama banyaknya kasus defisiensi vitamin D di dunia. Namun apakah hanya dengan berjemur, maka sudah cukup mendapatkan vitamin D? 

Sinar matahari diperkirakan membentuk sekitar 2000 IU vitamin D pada orang berkulit terang yang terpapar 20-30 menit sinar matahari pada wajah dan lengan bawah di tengah hari. Penelitian di UK menunjukkan bahwa pengulangan paparan sinar matahari 2-3 kali seminggu cukup untuk mempertahankan kadar vitamin D tetap normal selama musim panas. Namun pembentukan vitamin D di kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor:

  • Durasi dan waktu paparan radiasi UVB

Beberapa peneliti vitamin D menyatakan bahwa paparan sinar matahari sekitar 5-30 menit antara pukul 10.00-16.00 minimal 2 kali dalam seminggu pada wajah, lengan, tungkai, atau punggung tanpa penggunaan tabir surya biasanya cukup untuk pembentukan vitamin D di kulit. Untuk di Indonesia yang merupakan negara tropis, disarankan berjemur antara pukul 09.00-10.00 sekitar 5-15 menit, 2-3 kali seminggu.

  • Musim

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian kekurangan kadar vitamin D lebih banyak ditemukan saat musim dingin dan semi dibanding musim panas dan gugur.

  • Polusi udara

Polusi udara dapat menyebabkan penurunan pembentukan vitamin D di kulit dengan menghalangi ultraviolet B 

  • Kandungan melanin (pigmen kulit)

Melanin merupakan pigmen yang memberi warna pada kulit dan berperan sebagai tabir surya alami dapat menurunkan pembentukan vitamin D pada kulit. Jadi semakin gelap kulit seseorang, maka memerlukan waktu berjemur yang lebih lama dibanding orang berkulit terang untuk membentuk vitamin D di kulit dalam jumlah yang sama.

  • Penggunaan tabir surya atau pelindung 

Tabir surya dengan SPF (sun protection factor) ≥8 tampaknya juga dapat menghambat sinar UVB dalam memproduksi vitamin D jika tabir surya digunakan dalam jumlah yang cukup, menutupi semua permukaan kulit yang terpapar sinar matahari, dan diulang pemakaiannya secara rutin. Penggunaaan pelindung seperti pakaian yang menutupi hampir semua bagian tubuh juga dapat menurunkan pembentukan vitamin D di kulit karena sinar UVB matahari tidak bisa menembus pakaian.

Jadi meskipun sudah berjemur atau terpapar sinar matahari, namun jika kurang tepat cara berjemurnya, maka vitamin D yang dibentuk di kulit bisa jadi kurang optimal sehingga serngkali masih belum mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin D. Oleh karena itu seringkali masih memerlukan sumber vitamin D lain seperti makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan dari laut (misalnya salmon, sarden, tuna), minyak ikan kod, hati sapi, kuning telur, keju, mentega, susu, dan jamur, namun biasanya kandungan vitamin D dalam makanan relatif kecil sehingga perlu dilengkapi dengan suplemen vitamin D untuk memenuhi kebutuhan vitamin D.

Suatu penelitian telah dilakukan di Korea pada 60 orang berusia 20-49 tahun dengan defisiensi vitamin D (kadar vitamin D dalam darah kurang dari 20 ng/mL). Peserta penelitian secara acak dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan paparan sinar matahari, kelompok yang diberikan suplementasi vitamin D, dan kelompok dengan hidup sehari-hari selama 1 bulan. Pada kelompok paparan sinar matahari mendapatkan paparan sinar matahari pada 20-30% area permukaan tubuh selama 30-60 menit per hari, 3 kali seminggu selama musim panas. Sedangkan suplementasi vitamin D diberikan dengan dosis 800 IU/hari pada kelompok suplementasi vitamin D.

Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan kadar vitamin D dalam darah paling tinggi terjadi pada kelompok vitamin D. Hanya sedikit peningkatan kadar vitamin D dalam darah yang terjadi pada kelompok paparan sinar matahari, sedangkan pada kelompok hidup sehari-hari tidak menunjukkan perbedaan kadar vitamin D dalam darah. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa paparan sinar matahari saja tidak cukup untuk mengatasi defisiensi vitamin D pada peserta penelitian tersebut.

 

Referensi:

  1. Vitamin D. https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminD-HealthProfessional/?print=1
  2. Vitamin D. https://assignmentpoint.com/vitamin-d/
  3. Association of sun exposure and seasonality with vitamin D levels in Brazilian children and adolescents. Rev Paul Pediatr. 2023; 41: e2021361
  4. Air pollution, environmental chemicals, and smoking may trigger vitamin D deficiency: Evidence and potential mechanisms. Environment International 2019;122:67-90.
  5. Vitamin D and skin physiology: A D-lightful story. Journal Oo Bone and Mineral Research 2007;22(2).  
  6. Can current recommendations on sun exposure sufficiently increase serum vitamin D level? One-month randomized clinical trial. J Korean Med Sci. 2020;35(8):e50

 

Menjaga Kesehatan Jantung dan Fisik di Usia Produktif: Panduan dan Strategi

Pendahuluan

Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Tidak semua faktor risiko penyakit jantung dapat dikendalikan, seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung, jenis kelamin laki-laki, ataupun bertambahnya usia. Namun demikian, terdapat berbagai faktor risiko penyakit jantung yang justru ada di bawah kendali kita yang dapat kita cegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berikut ini adalah kiat untuk menjaga kesehatan jantung dan fisik di usia produktif!

  1. Stop Merokok

Merokok secara aktif ataupun pasif, dengan rokok biasa ataupun rokok elektrik, dapat menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah Anda. Selain itu merokok juga dapat menyebabkan kondisi hipoksia, yang mana dapat mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi-kondisi tersebut dapat berhubungan dengan kejadian hipertensi yang dapat semakin meningkatkan risiko penyakit jantung. Dengan berhenti merokok, risiko penyakit jantung akan berangsur-angsur menurun. Berhenti merokok selama setahun dapat menurunkan risiko penyakit jantung kira-kira 50% dari ketika masih merokok. Maka, berhentilah merokok mulai dari sekarang!

  1. Olahraga

Aktivitas fisik rutin dapat menurunkan risiko penyakit jantung sekaligus memperbaiki kondisi fisik Anda termasuk menurunkan berat badan. Selain itu, aktivitas fisik dapat juga memperbaiki kondisi hipertensi, kolesterol berlebih, dan diabetes melitus tipe 2. Secara umum, Anda perlu melakukan olahraga aerobik derajat sedang seperti berjalan selama 150 menit seminggu dan olahraga aerobik dengan derajat yang lebih intens seperti berlari selama 75 menit seminggu. Disarankan pula agar Anda juga melakukan latihan kekuatan otot sekurangnya 2 sesi atua lebih dalam seminggu. Bila aktivitas anda sangat padat sehingga tidak dapat melakukan semua kegiatan tersebut, jangan khawatir! Tetap upayakan lakukan beragam aktivitas fisik sehari-hari seperti naik turun tangga, membersihkan rumah dan lingkungan, dan aktivitas lainnya. Melakukan sedikit aktivitas fisik lebih baik dibandingkan tidak melakukannya dan Anda juga akan memperoleh manfaat untuk menurunkan risiko penyakit jantung.

  1. Pengaturan Diet

Makanan sehat dapat membantu mencegah penyakit jantung, mengoptimlakan tekanan darah dan kadar kolesterol, serta menurunkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, daging tanpa lemak dan ikan, dan sumber lemak yang sehat seperti minyak zaitun. Sebaliknya, hindari makanan dengan kandungan garam dan gula yang terlalu tinggi, produk makanan olahan, makanan-makanan dengan kandungan lemak trans dan lemak jenuh yang tinggi seperti gorengan, dan juga hindari konsumsi alkohol. Membiasakan diri konsumsi makanan sehat dapat membantu Anda menurunkan risiko penyakit jantung.

  1. Kontrol Berat Badan

Berat badan berlebih, terutama yang dikenal dengan istilah obesitas sentral di mana Anda memiliki lemak yang berlebih terutama di bagian tengah tubuh, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, kadar kolesterol berlebih, dan juga diabetes melitus tipe 2. Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2 umumnya meningkatkan risiko-risiko tersebut. Berita baiknya, menurunkan berat badan 3-5% saja sudah dapat mulai memberikan manfaat untuk kesehatan jantung Anda dengan membantu menurunkan kadar lemak tertentu dalam darah, yaitu trigliserida, serta membantu mengoptimalkan gula darah Anda. Menurunkan berat badan lebih lanjut dapat menambahkan manfaat penurunan tekanan darah dan kadar kolesterol tubuh sehingga semakin membantu mencegah penyakit jantung.

  1. Tidur Cukup

Sibuk beraktivitas membuat kita seringkali memangkas waktu tidur. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit, termasuk obesitas, hipertensi, diabetes melitus tipe 2, atau bahkan depresi dan penyakit jantung. Usahakanlah agar Anda setidaknya mendapatkan waktu tidur 7 jam sehari dengan jam tidur yang teratur untuk hidup yang lebih sehat!

  1. Kendalikan Stres

Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan terkadang membuat pikiran kita tertekan. Berhati-hatilah, karena stres yang berlebih dapat meningkatkan risiko hipertensi dan juga penyakit jantung! Tekanan dari berbagai hal mungkin tidak dapat dihindari, namun Anda dapat melindungi kesehatan Anda dengan manajemen stres yang baik. Beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengendalikan stres antara lain melakukan aktivitas fisik, latihan relaksasi, yoga, dan meditasi. Jangan lupa bahwa Anda juga bisa berkonsultasi ke psikolog atau psikiater bila Anda untuk mendapatkan bantuan dan arahan yang paling tepat untuk Anda.

  1. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Beberapa faktor risiko seperti hipertensi, kadar kolesterol berlebih, dan diabetes melitus tipe 2 dapat dideteksi dini bila kita melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah di fasilitas layanan kesehatan terdekat. Kadar kolesterol dan gula darah dapat diperiksa dengan pemeriksaan darah sederhana di laboratorium. Bila Anda mengalami hipertensi, kadar kolesterol berlebih, atau diabetes melitus tipe 2, jangan khawatir dan segera konsultasikanlah ke Dokter Anda, karena kondisi-kondisi tersebut semakin dideteksi lebih dini, semakin cepat pula dapat dikendalikan sehingga risiko penyakit jantung dapat ditekan.

  1. Cegah Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi tertentu dapat menyebabkan penyakit jantung. Sebagai contoh, infeksi gigi berlubang atau infeksi gusi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan endokarditis, yaitu peradangan pada endokardium jantung. Maka, jangan lupa jaga kebersihan gigi Anda dan konsultasikanlah ke Dokter gigi apabila diperlukan. Selain itu, berbagai penyakit infeksi dapat memperburuk kondisi orang yang telah memiliki penyakit jantung sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa tindakan pencegahan infeksi, salah satunya dengan vaksinasi, dapat membantu Anda menurunkan risiko terkena penyakit infeksi. Vaksinasi ini khususnya amat penting untuk dilakukan bagi Anda yang telah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.

Kesimpulan

Kendali faktor risiko penyakit jantung sejak dini dengan menghindari rokok, berolahraga rutin, mengatur diet, mengontrol berat badan, tidur cukup, mengendalikan stres, memeriksa kesehatan secara rutin, dan mencegah penyakit infeksi merupakan kunci untuk menjaga kesehatan jantung dan fisik, agar produktivitas senantiasa tetap terjaga.

Referensi:

  1. Mayo Clinic. Strategies to prevent heart disease [Internet]. [cited 2024 Apr 8]; Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-disease/in-depth/heart-disease-prevention/art-20046502
  2. US Department of Health and Human Services. Keep your heart healthy [Internet]. [cited 2024 Apr 8]; Available from: https://health.gov/myhealthfinder/health-conditions/heart-health/keep-your-heart-healthy

Penyebab dan Solusi GTM pada Anak

Proses makan pada anak merupakan suatu tahapan ketika usia anak sudah berusia di atas 6 bulan, atau yang dikenal dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Proses belajar makan pada anak tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, melainkan juga sebagai momen untuk melatih keterampilan dan kebiasaan makan yang sehat. Pada proses makan juga terjadi interaksi antara orangtua dan anak yang dapat mendekatkan orangtua dan si buah hati. Namun, yang terjadi seringkali tidak sesuai harapan, karena dalam proses makan ini tak jarang, orangtua mengeluhkan anak batitanya susah makan. Dari yang awalnya menutup rapat mulut sampai menyemburkan makanan atau bahkan melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya.

Gerakan tutup mulut atau yang dikenal dengan GTM adalah suatu kondisi dimana anak enggan makan atau bahkan menolak makanan dengan menutup mulutnya. Menurut penelitian multisenter Ikatan Dokter Anakn Indonesia/ IDAI, penyebab tersering GTM pada anak adalah inappropiate feeding practice, yaitu perilaku makan yang tak benar atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Seringkali, hal ini terjadi sejak fase penyapihan atau waktu dimulainya pemberian MPASI. Pemberian makan yang benar harus memperhatikan beberapa hal seperti tepat waktu, kuantitas dan kualitas makanan, kebersihan penyiapan dan penyajian makanan serta harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Tidak kalah penting untuk selalu menyesuaikan tekstur makanan dan perbandingan makanan padat serta cair sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Apabila tekstur dan perbandingan makanan tersebut tidak sesuai, maka anak juga enggan untuk makan karena tidak sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengunyah atau mencerna.

Namun para orangtua tidak perlu khawatir, karena fenomena GTM ini dapat dicegah dan diatasi supaya tidak berkelanjutan dan mengganggu asupan gizi anak. Solusi dari GTM adalah dengan melatih perilaku makan anak dengan menerapkan feeding rules atau peraturan makan, yaitu:

  • Mengatur jadwal makan anak dan tetapkan jam pemberian makan, supaya anak mengerti kapan waktu untuk makan. Termasuk mengatur jadwal makanan utama dan makanan selingan/ snack.
  • Membatasi waktu makan 30 menit agar anak bisa fokus dalam proses makan. Kalau dibiarkan terlalu lama, maka seringnya anak akan cenderung mengemut makanan.
  • Mengajak anak untuk terlibat dalam proses makan, misalnya dengan menggunakan sendok/ garpu, memegang makanan. Jika anak menunjukkan tanda tidak mau makan, dengan menutup mulut, memalingkan kepala, menangis, maka hentikan proses makan dan tawarkan makanan kembali tanpa memaksa. Lakukan hal ini sekitar 10-15 menit, jika anak tetap tidak mau makan maka akhiri proses makan. Hal ini dilakukan supaya anak mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
  • Membatasi konsumsi susu, baik dari jumlah susu yang diberikan, mau pun waktu pemberian susu. Jika anak tidak mau makan, jangan digantikan dengan pemberian susu. Nutrisi yang optimal untuk anak lebih baik dari makanan yang dikonsumsi.
  • Hal lain yang sebaiknya tidak dilakukan ketika anak sedang makan adalah memarahi anak ketika tidak mau makan, membiasakan anak makan dengan distraksi lain seperti naik sepeda, menonton televisi, dan berjalan-jalan.

 

Referensi:

  1. Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (IDAI). “Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Batita.” IDAI. Available online: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-tutup-mulut-gtm-pada-batita (Accessed April 8, 2024).
  2. Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (IDAI). “Memberi Makan pada Bayi: Kapan, Apa, dan Bagaimana.” IDAI. Available online: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memberi-makan-pada-bayi-kapan-apa-dan-bagaimana (Accessed April 8, 2024).
  3. Ikatan Dokter Anak Indonesia, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Pendekatan diagnosis dan tata laksana masalah makan pada batita di Indonesia. Jakarta: IDAI;2014. 13

 

Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC