Beranda Rewards
Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC

Takaran Minum pada Penyakit Ginjal

Tahukah Anda bahwa sebagian besar tubuh kita terdiri dari cairan?Jadi jumlah cairan yang ada di dalam tubuh kita sebanyak 60% dari berat badan. Orang Indonesia rata-rata mempunyai berat badan 70 kg sehingga jumlah cairan di dalam tubuhnya sekitar 42 liter. Cairan di dalam tubuh akan hilang secara rutin dalam bentuk urin, keringat, dan juga uap dari pernafasan. Oleh karena itu, kita harus menggantikan cairan yang hilang tersebut sebanyak kurang lebih 8 gelas air sehari. 

Lalu bagaimana dengan penderita penyakit ginjal?Berapa banyak cairan yang harus mereka gantikan, mengingat fungsi ginjal yang sudah mulai menurun untuk mengeluarkan cairan atau urin dari dalam tubuh. Berdasarkan rekomendasi dari The National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiatives (NKF-KDOQI), penderita penyakit ginjal tetap diperbolehkan konsumsi cairan, yang tentunya disesuaikan dengan derajat beratnya penyakit ginjal dan jumlah urin yang diproduksi. Penyakit ginjal kronik (PGK) dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan aliran darah ke ginjal, dimana pada stadium 5 penderita harus menjalani cuci darah. Jumlah cairan yang dikonsumsi pada penderita ginjal yang tidak cuci darah tidak dibatasi. Sedangkan untuk penderita ginjal yang sudah menjalani cuci darah jumlah cairan yang masuk sebanyak 1000 mL ditambah dengan jumlah urin yang dihasilkan. 

 

Referensi

  1. Druml W, Cano N, teplan V. Nutritional support in renal disease. Basic Clinical Nutrition Fourth Edition. 2011. 
  2. Wenzel UO, Hebert LA, Stahl RAK, Krenz I. My Doctor Said I Should Drink a Lot! Recommendations for Fluid Intake in Patients with Chronic Kidney Disease. Clin J Am Soc Nephrol 2006;1:344 –6. 
  3. KDOQI clinical practice guidelines for nutrition in chronic kidney disease: 2019 update. [Internet]. [cited 2019 December 23rd]. Available from: https://www.kidney.org/professionals/kdoqi-guidelines-commentary-nutrition. 

Kandungan untuk Suplemen Penambah Nafsu Makan Anak Mana yang dibutuhkan, mana yang perlu dihindari?

Usia pra sekolah (3-5 tahun) merupakan periode usia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sangat diperlukan asupan makanan yang sesuai. Asupan makanan yang sesuai artinya memiiki kualitas dan kuantitas yang baik, sesuai dengan kebutuhan anak. Kebutuhan energi anak usia 3-5 tahun adalah 1200-1700 kkal/hari. Kebutuhan ini bisa terpenuhi apabila anak makan teratur dengan frekuensi tiga kali makanan utama dan dua kali makanan selingan atau snacking.

Namun terkadang anak sering mengalami sulit makan, GTM (gerakan tutup mulut) atau tidak nafsu makan. Tidak terpenuhinya nutrisi untuk anak juga bisa terjadi karena gangguan pencernaan, kebutuhan zat gizi yang meningkat misalnya pada kondisi sakit, dan juga menu harian yang tidak memenuhi gizi standar. Bila kondisi ini terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan, yaitu malnutrisi yang dapat mengganggu fungsi organ dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk kondisi tersebut, terkadang diperlukannya suplemen penambah nafsu makan untuk anak.

Kandungan yang bisa membantu meningkatkan nafsu makan pada suplemen anak adalah curcuminoid atau kunyit. Curcuminoid bekerja dengan cara mempercepat pengosongan lambung dengan mempercepat kerja usus halus dan memperlancar sekresi dan produksi asam empedu dan enzim pankreas, sehingga penyerapan lemak dan protein meningkat yang akan menimbulkan rasa lapar dan akan meningkatkan nafsu makan.

Lysine yang merupakan salah satu asam amino esensial diketahui dapat membantu pembentukan carnitine yang mengubah asam lemak rantai panjang menjadi energi dan memperbaiki nafsu makan.

Selain itu, vitamin B kompleks juga diperlukan untuk membantu proses ini. Peran vitamin B kompleks terutama dalam proses metabolisme zat makanan menjadi energi, sehingga akan bermanfaat untuk membantu penyerapan makanan yang dimakan oleh anak untuk diubah menjadi energi. 

Apakah semua suplemen penambah nafsu makan baik untuk anak? Ternyata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih suplemen yang tepat untuk anak. Terdapat bahan dalam suplemen makanan yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah pemanis buatan. Kandungan ini biasanya dihadirkan untuk menyamarkan rasa tidak enak pada suplemen yang biasanya terasa pahit. Pemanis buatan yang pada dasarnya mengandung gula, seperti sukrosa, sorbitol, dan dekstrosa monohidrat, bila dikonsumsi terlalu banyak bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas yang di kemudian hari dapat berkembang menjadi diabetes.

Selain dengan menyamarkan rasa, memikat minat anak dengan warna yang menarik juga menjadi salah satu cara untuk membuat anak mau mengonsumsi suplemen. Namun, penggunaan pewarna buatan yang tidak aman dapat meningkatkan risiko kesehatan, seperti misalnya kanker.

Suplemen yang mengandung vitamin dan mineral banyak dijual di pasaran secara bebas. Penting untuk memilih suplemen yang aman dengan kandungan yang tepat untuk anak. Memilih jenis sediaan dari suplemen juga menjadi perhatian, karena anak-anak akan lebih sulit untuk menelan bentuk obat pil atau tablet, sehingga bentuk sirup dengan disertai rasa yang buah akan membuat anak lebih menyukainya.

Penggunaan suplemen makanan juga perlu diperhatikan dosis serta sampai kapan penggunaanya. Bila berlebihan, dapat menyebabkan masalah kesehatan juga. Sehingga gunakanlah suplemen penambah nafsu makan anak sesuai kebutuhan dan bila perlu konsultasikan dengan dokter agar penggunaannya lebih sesuai.

 

Referensi:

  1. Yankes Kemkes RI. Pengauh pemberian suplemen terhadap kesehatan anak [Internet]. 2022. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1633/pengaruh-pemberian-suplemen-terhadap-kesehatan-anak  
  2. Lysine [Internet]. 2013 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://umm.edu/health/medical/ altmed/supplement/lysine
  3. Curcuma has many health benefits [Internet]. 2014 [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.curcuminhealth.info/category/what-is-curcumin/curcumin-has-many-health-benefits/
  4. Dietary reference intakes for thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, folate, vitamin B12, pantothenic acid, biotin, and choline [Internet]. [cited 2014 Dec 15]. Available from: http://www.nap.edu/catalog/6015.html
  5. Likurmin [Internet]. Cited 2024 May 6. Available from: https://kalbemed.com/product/id/252 

 

Libur sekolah sebentar lagi, yeay!

Ini saatnya untuk para siswa-siswi berleha-leha setelah 30-40 jam setiap minggunya menimba ilmu. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu libur sekolah, terutama diisi dengan kegiatan bermain. 

Jangan lupa untuk tetap makan-makanan yang sehat dan juga bergizi, karena banyak kegiatan yang tidak terpaku waktu, ini adalah kesempatan yang bagus untuk kamu memenuhi nutrisi yang seimbang untuk tubuh kamu.

Tetap makan dengan porsi Piring Sehatku dengan  komposisis 50% dipenuhi kebutuhan 1/3 protein dari lauk pauk, 2/3 karbohidrat dan 50% nya lagi dari buah dan sayur.

Libur ke sekolah tapi bukan berarti libur untuk konsumsi vitamin. Walaupun tidak berkegiatan belajar-mengajar, namun kegiatan di libur sekolah ternyata juga tetap butuh asupan vitamin, loh!

Apa saja sih vitamin yang bisa anak konsumsi?

  • Vitamin A

Gen Z gak mungkin jauh dari gadget. Saat libur sekolah akan banyak anak yang menonton telivisi untuk mencari hiburan dan bermain games elektronik di smartphone dan tablet digital. Menurut Australian Institute of Family Studies, rekomendasi screen time untuk anak usia 5-17 tahun adalah tidak lebih dari dua jam per harinya. Selain menganggu kesehatan mata, terlalu banyak waktu di depan layar elektronik ternyata dapat berhubungan dengan berat badan anak dan masalah kebiasaan, kecemasan, hiperaktif, masalah pemusatan perhatian, pengendalian emosi dan gangguan psikosial. Maka dari itu, walaupun libur sekolah, tetap batasi penggunaan gadget pada anak. Untuk mengurangi risiko kesehatan mata karena terpapar sinar dari gadget, anak dapat konsumsi vitamin A. Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta proteksi kesehatan mata.

  • Vitamin B kompleks

Vitamin B kompleks yang terdiri dari B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9 dan B12 sangat penting diperlukan untuk tubuh. Kekurangan vitamin D pada anak dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit, seperti anemia, gangguan pencernaan, dan infeksi. Selain itu vitamin B pada anak juga bermanfaat untuk tumbuh dan kembang, perkembangan otak dan kesehatan mata, serta membantu meningkatkan napsu makan anak. 

  • Vitamin C

Saat libur sekolah, terkadang anak-anak akan dipadati dengan berbagai kegiatan yang terkadang akan membuat anak menjadi mudah sakit. Vitamin C berperan untuk menjaga imunitas tubuh anak dan sebagai antioksidan, sehingga kegiatan anak saat libur sekolah tidak terganggu dan anak tetap bisa produktif untuk mengisi liburnya dengan kegiatan yang padat dan positif.

  • Vitamin D

Terkadang kegiatan anak tidak bisa dipastikan apakah selalu berkegiatan di luar ruangan atau tidak untuk mendapatkan cukup sinar matahari. Vitamin D sangat diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor yang berperan untuk kesehatan tulang dan gigi anak. 

Vitamin diatas dapat kamu konsumsi dalam bentuk vitamin satuan, namun akan lebih simpel bila kamu konsumsi multivitamin yang sudah mengandung beberapa vitamin dan bonusnya sudah ada kandungan mineralnya. Sehingga, multivitamin akan lebih mudah dibawa saat liburan. 

Jangan lupa juga untuk selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat, mulai dari cuci tangan pakai sabun, aktivitas fisik ringan sampai sedang dan minum 8 gelas air mineral sehari.

Itu dia tadi vitamin yang perlu kamu persiapkan dan konsumsi selama masa libur sekolah. Libur sekolah bukan berarti melewatkan nutrisi yang seimbang untuk tubuh anak, apalagi anak-anak sangat membutuhkannya untuk tumbuh kembang yang optimal.

 

Referensi:

  1. Australian Institute of Family Studies. Too much time on screens? Screen time effects and guidelines for children and young people [Internet]. 2024. Cited 2024 May 6. Available from: https://aifs.gov.au/resources/short-articles/too-much-time-screens 
  2. Vitamin A supplementation: who, when and how. Community Eye Health. 2013;26(84):71.
  3. Vitamin B [Internet]. 2024. Cited 2024 May 6. Available from: https://www.alodokter.com/vitamin-b 
  4. Hemilä H, Chalker E. Vitamin C for preventing and treating the common cold. Cochrane Database Syst Rev. 2013 Jan 31;2013(1).
  5. Centres for Disease Control and Prevention. Vitamin D [Internet]. 2021. Cited 2024 May 6. Available from: https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/vitamins-minerals/vitamin-d.html#:~:text=All%20children%20need%20vitamin%20D,of%20vitamin%20D%20each%20day
  6. Kemkes RI. Isi Piringku [Internet]. 2018. Cited 2024 May 6. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/062511-isi-piringku

Peran L-carnitine dan Coenzyme Q10 dalam Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular

Penyakit Kardiovaskular di Asia Tenggara

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian dini yang disebabkan oleh penyakit tidak menular utama di dunia.1-2 Kejadian kematian dini karena penyakit tidak menular terutama tinggi pada kebanyakan negara di Asia Tenggara, dengan lebih dari dua kali lipat risikonya pada Filipina, Myanmar, dan Laos, dibandingkan di Inggris Raya. Terlebih lagi, prevalensi gagal jantung yang bergejala tampaknya lebih tinggi pada Asia Tenggara dibandingkan wilayah lain di seluruh dunia, muncul pada usia yang lebih muda, namun dengan kondisi klinis yang lebih berat.1 Ditambah lagi, di Asia Tenggara, mayoritas kematian yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Angka kematian tertinggi karena penyakit kardiovaskular di Asia Tenggara secara berturut-turut diraih oleh Myanmar, Indonesia, dan Vietnam, secara berurutan.2

Bioenergetika pada Penyakit Kardiovaskular

Walaupun kondisi klinis pasien penderita gagal jantung dan PJK semakin membaik seiring dengan perkembangan teknologi pengobatan, terapi optimal untuk kedua kondisi tersebut masih merupakan suatu tantangan tersendiri.3-4 Pada pasien dengan gagal jantung, gejala dapat disebabkan oleh disfungsi bioenergetika yang menyebabkan kekurangan energi pada sel otot jantung.3 Serupa, pada pasien dengan PJK, perhatian pada jalur metabolisme sel otot jantung merupakan salah satu pendekatan untuk memperbaiki gejala nyeri dada dan kondisi klinis secara umum.4-5 Disfungsi mitokondria dipercaya menjadi salah satu mekanisme penyebab timbulnya gejala terkait PJK.4

Maka, menyediakan energi yang cukup untuk sel otot jantung dapat memiliki potensi yang baik untuk memperbaiki kondisi klinis pasien dengan gagal jantung dan PJK. L-carnitine dan coenzyme Q10 adalah zat yang memegang peranan penting pada bioenergetika sel, khususnya sel otot jantung. Keduanya telah diteliti sebagai terapi tambahan untuk berbagai penyakit kardiovaskular.3-4

L-carnitine dan Perannya dalam Penyakit Kardiovaskular

Carnitine merupakan senyawa turunan asam amino yang berfungsi dalam transportasi asam lemak rantai panjang dari sitosol ke matriks mitokondria, tempat terjadinya oksidasi asam lemak yang kemudian menyediakan energi untuk otot jantung dalam bentuk ATP. Carnitine paling banyak ditemukan di otot jantung dan otot rangka, tempat di mana 95% kandungan carnitine dalam tubuh disimpan di dalam sel.6 Sekitar 70% energi otot jantung dihasilkan dari proses oksidasi asam lemak ini.7 Maka, carnitine memegang peranan penting dalam bioenergetika otot jantung. Sebagai tambahan, tanpa oksidasi asam lemak yang cukup, asam lemak bebas yang berlebih akan terakumulasi di dalam sel, berpotensi menyebabkan kardiomiopati dan aritmia.8

Sumber utama carnitine adalah dari makanan, terutama didapatkan dari daging dan produk olahan susu. Carnitine diserap dengan baik di saluran cerna.8 Karena perannya untuk otot jantung, suplementasi L-carnitine telah diteliti pada berbagai penyakit kardiovaskular. 4,9-10 Sebuah studi meta-analisis dari 17 uji klinik yang mengikutsertakan 1.625 pasien gagal jantung menunjukkan bahwa suplementasi L-carnitine dalam durasi 7 hari hingga 3 tahun untuk pasien gagal jantung berhubungan dengan perbaikan fungsi ventrikel kiri serta curah jantung yang lebih signifikan dibandingkan terapi konvensional.9

Studi lainnya melaporkan penggunaan L-carnitine untuk pasien yang mengalami infark miokard akut berdasarkan data dari 13 uji klinik mencakup 3.629 pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa L-carnitine secara signifikan menurunkan kejadian kematian sebesar 27%, menurunkan kejadian aritmia ventrikel sebesar 65%, dan meredakan gejala nyeri dada sebesar 40% dibandingkan kontrol.4 Sebagai tambahan, L-carnitine juga dapat memperbaiki profil lipid dan kendali gula darah pada pasien-pasien dengan faktor risiko kardiovaskular seperti dislipidemia dan diabetes melitus, sehingga berpotensi menurunkan risiko kejadian kardiovaskular.10

Coenzyme Q10 dan Perannya dalam Penyakit Kardiovaskular

Coenzyme Q10 (CoQ10) merupakan komponen utama dalam sistem transport elektron di mitokondria di dalam sel yang diperlukan untuk produksi energi. Sebagai tambahan, CoQ10 juga bisa bertindak sebagai antioksidan intraseluler, memberikan perlindungan terhadap membran sel terhadap oksidasi. CoQ10 memegang peranan penting dalam bioenergetika jantung, menyediakan energi untuk pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma sel otot dan mengaktivasi protein untuk kontraksi otot jantung. Juga merupakan suatu hal yang telah diketahui bahwa stres oksidatif akibat radikal bebas dapat menyebabkan hipertrofi otot jantung, sedangkan sifat antioksidan dari CoQ10 dapat meredakan stres oksidatif tersebut. Terakhir, CoQ10 juga memiliki sifat antiradang yang dapat mencegah fibrosis otot jantung dan gagal jantung.11

Produksi CoQ10 dari dalam tubuh kita sendiri menurun setelah usia 20 tahun. Kadar CoQ10 dalam otot jantung berkurang hingga setengahnya di usia 80 tahun. Maka, suplementasi CoQ10 terutama memberikan manfaat kesehatan pada populasi lansia.12 Suplementasi CoQ10 telah diteliti pada beberapa uji klinik. Uji klinik Q-SYMBIO merupakan penelitian yang mengevalausi CoQ10 sebagai terapi tambahan untuk gagal jantung. Hasil studi ini menunjukan bahwa CoQ10 menurunkan kejadian kardiovaskular mayor sebesar 50% dalam waktu terapi selama 2 tahun. Kematian kardiovaskular, durasi rawat inap di rumah sakit, serta perbaikan gejala gagal jantung juga dapat diperoleh pasien yang mendapatkan suplemen CoQ10.3

Studi lain mengeksplorasi manfaat gaya hidup sehat dengan suplementasi CoQ10 dan L-carnitine sebagai tambahannya selama 3 bulan untuk pasien dengan infark miokard. Hasil studi menunjukkan bahwa terapi tersebut secara signifikan meningkatkan kualitas hidup pasien, baik secara fisik dan emosional. Sebagai tambahan, penelitian lainnya menunjukkan manfaat suplementasi CoQ10 100 mg per hari untuk pasien dengan hipertensi, di mana pasien lebih jarang mengalami infark miokard dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan suplementasinya. Hasil studi ini membuktikan bahwa CoQ10 bermanfaat juga untuk mencegah infark miokard pada pasien-pasien berisiko tinggi.14

Kesimpulan

Car-Q mengandung L-carnitine dan coenzyme Q10 yang memegang peranan penting dalam bioenergetika jantung dengan berbagai manfaat kesehatan tambahan lainnya. Keduanya telah diteliti dalam berbagai uji klinik dan menunjukkan manfaat yang baik dalam mencegah dan mengobati penyakit kardiovaskular termasuk gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

 

Referensi

  1. Lam CSP. Heart failure in Southeast Asia: facts and numbers. ESC Heart Failure. 2015; 2: 46-9.
  2. Zhao D. Epidemiological features of cardiovascular disease in Asia. JACC: Asia. 2021; 1: 1-13.
  3. Mortensen SA, Rosenfeldt F, Kumar A, Dolliner P, Filipiak KJ, Pella D, et al. The effect of coenzyme Q10 on morbidity and mortality in chronic heart failure. JACC: Heart Failure. 2014; 2: 641-9.
  4. DiNicolantonio JJ, Lavie CJ, Fares H, Menezes AP, O’Keefe JH. L-carnitine in the secondary prevention of cardiovascular disease: systematic review and meta-analysis. Mayo Clin Proc. 2013; 88: 544-51.
  5. Guarini G, Hugi A, Morrone D, Capozza PFG, Marzilli M. Trimetazidine and other metabolic modifiers. Eur Cardiol. 2018; 13: 104-11.
  6. Gnoni A, Longo S, Gnoni GV, Giudetti AM. Carnitine in human muscle bioenergetics: can carnitine supplementation improve physical exercise? Molecules. 2020; 25: 182.
  7. Lionetti V, Stanley WC, Recchia FA. Modulating fatty acid oxidation in heart failure. Cardiovasc Res. 2011; 90: 202-9.
  8. Longo N, Frigeni M, Pasquali M. Carnitine transport and fatty acid oxidation. Biochim Biophys Acta. 2016; 1863: 2422-35.
  9. Song X, Qu H, Yang Z, Rong J, Cai W, Zhou H. Efficacy and safety of l-carnitine treatment for chronic heart failure: a meta-analysis of randomized controlled trials. Biomed Res Int. 2017; 6274854: 1-11.
  10. Asadi M, Rahimlou M, Shishehbor F, Mansoori A. The effect of l-carnitine supplementation on lipid profile and glycaemic control in adults with cardiovascular risk factors: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials. Clin Nutr. 2020; 39: 110-22.
  11. Zozina VI, Covantev S, Goroshko OA, Krasnykh LM, Kukes VG. Coenzyme Q10 in cardiovascular and metabolic diseases: current state of the problem. Curr Cardiol Rev. 2018; 14: 164-74.
  12. Aaseth J, Alexander J, Alehagen U. Mechanism of ageing and development. 2021; 197: 111521.
  13. Sharifi MH, Eftekhari MH, Ostovan MA, Rezaianazadeh A. Effects of a therapeutic lifestyle change diet and supplementation with Q10 plus L-carnitine on quality of life in patients with myocardial infarction: a randomized clinical trial. J Cardiovasc Thorac Res. 2017; 9: 21-8.
  14. Shah IA, Memon M, Ansari S, Kumar R, Chandio SA, Mirani SH, Rizwan A. Role of coenzyme Q10 in prophylaxis of myocardial infarction. Cureus. 2021; 13: e13137.

Konsumsi Protein untuk Pasien Ginjal: berapa banyak?

Malnutrisi adalah salah satu komplikasi penyakit ginjal kronik (PGK) yang serius karena memiliki berbagai konsekuensi, diantaranya dalam memperburuk kualitas hidup, mempercepat progresivitas kerusakan ginjal sisa, meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain (misalnya infeksi), memperpanjang lama rawat, menghambat efektivitas terapi, serta meningkatkan angka kematian pasien. Oleh sebab itu, memastikan kecukupan nutrisi harus menjadi perhatian dalam terapi PGK.

Adanya perubahan metabolisme menyebabkan PGK stadium pradialisis dan dialisis memerlukan penatalaksanaan nutrisi yang berbeda-beda sehingga memerlukan evaluasi dan terapi yang lebih spesifik, salah satunya adalah dalam pemenuhan kebutuhan protein.

Peningkatan asupan protein telah terbukti memengaruhi hemodinamik ginjal dan berkontribusi pada kerusakan fungsi dan jaringan ginjal pada PGK stadium pradialisis. Tatalaksana diet rendah protein pada pasien PGK pradialisis telah diperkenalkan sejak lama dan memiliki manfaat mengurangi penumpukan toksin yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dan menghambat progresivitas kerusakan ginjal sisa. Rekomendasi menyarankan bahwa diet rendah protein sebaiknya dimulai pada saat nilai pengukuran fungsi ginjal dengan parameter LFG <60 mL/menit/1,73 m (PGK stadium 3) dengan jumlah 0,6-0,8 g/kg berat badan per hari.

Berbeda dengan kondisi pradialisis, kebutuhan protein stadium dialisis lebih tinggi dibandingkan stadium pradialisis. Kebutuhan protein pada pasien yang menjalani dialisis rutin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan proses dialisis itu sendiri. Rata-rata kehilangan protein pada satu sesi hemodialisis (HD) adalah 6-8-gram tergantung jenis membrane yang digunakan. Pada pasien yang menjalani CAPD terjadi kehilangan protein yang lebih besar yaitu 5 –12-gram perhari. Faktor lain yang meningkatkan kebutuhan protein pasien dialisis adalah perubahan dalam metabolisme protein di dalam tubuh pasien dan penurunan penyerapannya di usus. Selain itu terhadinya gangguan keseimbangan asam-basa yang sering terjadi pada pasien dialisis juga menyebabkan semakin tinggi hilangnya protein pada otot. Faktor-faktor tersebut menyebabkan tingginya kebutuhan protein pada pasien dialisis, sehingga direkomendasikan asupan protein pada pasien dialisis adalah 1,2-1,3 g per kilogram berat badan perhari.

Dari penjelasan di atas, jekas bahwa memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien PGK tidak hanya sekedar cukup atau tidak cukup, melainkan jumlahnya harus disesuaikan dengan stadium penyakitnya. Asupan nutrisi protein yang tepat, akan memberikan banyak manfaat dalam perbaikan kualitas hidup dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat malnutrisi. Pasien PGK sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan berapa banyak protein yang harus dikonsumsi, dan juga menentukan sumber protein yang dapat dijadikan pilihan pada menu diet sehari-hari.

 

Referensi:

  1. Ishfaq Rashid, Aamir Bashir, Pramil Tiwari, Sanjay D’Cruz, Shivani Jaswal, Estimates of malnutrition associated with chronic kidney disease patients globally and its contrast with India: An evidence based systematic review and meta-analysis. Clinical Epidemiology and Global Health 2021;12: 100855
  2. Bellizzi V, Calella P, Carrero JJ, Fouque D. Very low-protein diet to postpone renal failure: Pathophysiology and clinical applications in chronic kidney disease. Chronic Dis Transl Med. 2018;4(1):45–50.
  3. Kopple JD. National kidney foundation K/DOQI clinical practice guidelines for nutrition in chronic renal failure. Am J Kidney Dis. 2001;37(1 Suppl 2):S66-70. 
Tanggal :
Sahabat KECC
Tentang Event

Bagikan : Sahabat KECC Copied! Sahabat KECC Sahabat KECC
Sahabat KECC